Total Tayangan Halaman

Kamis, 06 Desember 2018

Yogyakarta 4 Hari 4 Malam - Day 1 | Kebun Buah Mangunan, Hutan Pinus Mangunan, Jurang Tembelan, Taman Sari, Sumur Gumuling, Malioboro


Ini adalah bagian kedua dari cerita perjalanan saya bersama teman-teman saya ke Daerah Istimewa Yogyakarta. bagian pertama bisa dibaca disini.


Riki Gusmara, Zulham Arifin, Indra Ari Permana, Fahmi Aditya, Wakhid Subekti, dan Adji Saputra
di Kebun Buah Mangunan saat sunrise

4. Kebun Buah Mangunan


Indra Ari Permana, Wakhid Subekti, Zulham Arifin, Fahmi Aditya,
 dan Adji Saputra
di Kebun Buah Mangunan
Ini adalah hari Senin, 19 November 2018 dan kami semua bangun pukul 3.30WIB. Koordinator D1 adalah Fahmi, dan ia akan memulai hari ini dengan melihat sunrise di Kebun Buah Mangunan. Kebun buah yang satu ini bukan sembarang kebun buah, karena diketinggian 200mdpl kalian akan melihat harmparan pegunungan sewu dan sungai oyo yang meliuk dengan cantiknya.

Tanpa sarapan, kami langsung menghampiri Mas Dias, sopir dari mobil yang kami sewa selama empat hari kami liburan. Menyewa mobil adalah pilihan yang paling rasional karena jarak antar tempat wisata yang ingin kami tuju saling berjauhan, dan melelahkan bila harus menggunakan sepeda motor. Satu lagi keuntungan menyewa mobil adalah kalian bisa tidur saat diperjalanan, dan tidak repot menitipkan barang saat sedang di tempat wisata.

Kami berangkat dari hotel pukul 4.40WIB dan sampai di Kebun Buah Mangunan pukul 5.15WIB. Saat kami berkunjung sepertinya matahari memang sedang terbit lebih pagi, karena suasana langit sudah tidak gulita. Kelebihan kalian berangkat pagi adalah lalu lintas yang masih lengang, serta segarnya udara yang kalian hirup. Jalan akses menuju lokasi juga sudah bagus, jadi kalian jangan khawatir kendaraan yang kalian tumpangi akan glodak-glodak.


Wakhid Subekti, Indra Ari Permana, Zulham Arifin, dan Adji Saputra
di Kebun Buah Mangunan
Keindahan puncak kebun buah mangunan disaat matahari terbit adalah kesan seperti kalian berada di atas awan. Kabut yang menutupi jalur sungai oyo dan suhu udara yang rendah makin membuat sensasi ini menjadi-jadi. Apalagi jika langit sedang cerah, cahaya matahari terbit ditambah kabut yang membentuk seperti awan makin membuat cantik dan sayang jika tidak diabadikan lewat foto maupun video. Kalian bisa menghabiskan waktu kira-kira satu sampai satu setengah jam disini untuk menyaksikan keindahan alam yang sepertinya susah dilihat di tempat lain.


Muhammad Fahmi Aditya, Wakhid Subekti, Indra Ari Permana, 
Zulham Arifin, dan Adji Saputra
di Kebun Buah Mangunan
Biaya retribusi Kebun Buah Mangunan ini masih tergolong murah, yaitu Rp5.000 per orang tanpa biaya parkir. Tersedia musala, toilet umum, lahan parkir yang luas, dan warung-warung jika kalian mau jajan disini. Banyak juga insan-insan cantik nan gemes titik foto yang bagus, usahakan bawa perangkat dengan kamera yang bagus dan tripod jika kalian mau buat timelapse. Baju hangat juga jangan lupa dibawa yaa !.


Fahmi Aditya
di Kebun Buah Mangunan
Fahmi Aditya
di Kebun Buah Mangunan
Adji Saputra
di Kebun Buah Mangunan
Indra Ari Permana
di Kebun Buah Mangunan
Zulham Arifin
di Kebun Buah Mangunan
Wakhid Subekti
di Kebun Buah Mangunan

 5. Hutan Pinus Mangunan


Zulham Arifin, Adji Saputra, Wakhid Subekti, Riki Gusmara,
 Fahmi Aditya, dan Indra Ari Permana
di Hutan Pinus Mangunan
Mulai beraktifitas setelah subuh memang banyak sisi positifnya, buktinya kami pukul 6.15WIB sudah sampai di Hutan Pinus Mangunan. Hanya sekitar dua kilometer jaraknya dari Kebun Buah, kalian wajib kunjungi ke tempat ini kalau berencana pergi ke daerah imogiri. Jika kalian kesini pagi hari, kabut masih tebal jadi seakan memberikan khayalan bahwa kalian sedang syuting twilight.

Suasana pagi di Hutan Pinus Mangunan
Zulham Arifin, Indra Ari Permana, Wakhid Subekti, Fahmi Aditya,
Adji Saputra, dan Riki Gusmara
di Hutan Pinus Mangunan
Jika kalian pernah ke Orchid Forest Cikole Bandung, ini adalah tempat yang mirip namun dengan versi yang lebih murah. Biaya retribusi buat masuk ke 'Pinus Jogja' ini hanya Rp2.500 per orang ditambah Rp5.000 biaya parkir untuk sebuah mobil. Jangan lupa bawa sandal atau sepatu yang solnya masih bagus, karena kalau habis hujan tanah merahnya akan membuat licin alas kakimu.


Suasana pagi di Hutan Pinus Mangunan
Diawal setelah pintu masuk, kalian akan disuguhkan ratusan pohon pinus yang menjulang tinggi. Jalan setapak dari bebatuan atau kayu-kayu adalah sarana kalian untuk berkeliling. Ada beberapa gardu pandang yang ditempatkan ditengah pepohonan untuk sarana berfoto. Makin menanjak, terpampang pagar bambu bertuliskan 'Pinus Jogja' dan gardu pandang kedua yang lebih tinggi dari yang pertama.


Riki Gusmara, Zulham Arifin, Adi Saputra, Muhammad Fahmi Aditya,
Wakhid Subekti, dan Indra Ari Permana
di Hutan Pinus Mangunan
Pastikan kalian punya keberanian yang tinggi sebelum naik gardu pandang kedua ini, karena ia akan bergoyang saat diterpa angin. Hal ini adalah wajar mengingat gardu ini terkait dengan sebuah pohon yang jelas bergoyang jika diterpa angin. Namun selain keberanian, kehati-hatian tetaplah yang utama saat naik maupun turun.


Wakhid Subekti, Riki Gusmara, Adji Saputra, Indra Ari Permana,
 Zulham Arifin, dan Muhammad Fahmi Aditya
di Hutan Pinus Mangunan
Ada juga meja dan kursi kayu yang tersedia untuk empat sampai enam orang, cocok kalo kalian bawa cemilan dan makan bersama disini. Kalau kalian mau foto candid ala-ala seperti kami juga sangat bisa kok. Persis dibawah meja, telah tersusun rapi bebatuan yang membuat gambar bintang, dan jika kalian foto dari titik ini, maka latar belakangnya adalah hamparan hutan pinus yang sangat rapat.
Kebun Bunga
di Hutan Pinus Mangunan
Pemandangan dari Gardu Pandang
di Hutan Pinus Mangunan
Muhammad Fahmi Aditya
di Hutan Pinus Mangunan
Bagian terakhir yaitu lorong yang akan membawa menuju kebun bunga dan gardu pandang terakhir yang paling tinggi. Dari gardu pandang ini, terlihat lekukan sungai oyo, dan jejeran hutan pinus yang memanjakan mata. 60 Menit yang kami habiskan terasa sangat lama sekali, sehingga pukul 7.15WIB kami sudah selesai menjelajahi Hutan Pinus Mangunan, saatnya kami beranjak ke tempat berikutnya.


Indra Ari Permana
di Gardu Pandang Hutan Pinus Mangunan
Satu lagi nih teman-teman, di dekat area parkir banyak warung berbentuk rumah-rumah kayu yang menyajikan makanan dengan harga yang murah. Kalian bisa duduk, atau lesehan sambil merasakan sejuknya udara di daerah Mangunan ini. Menu yang tersedia cukup lengkap seperti ayam-ayaman, nasi-nasian, mi kuah atau kering, maupun mi ayam baso.

6. Jurang Tembelan


Adji Saputra
di Jurang Tembelan
Jurang tembelan ini sebenarnya berlokasi tidak jauh dari pintu masuk Kebun Buah Mangunan, namun supaya searah pulang, sopir kami menyarankan untuk Jurang Tembelan penutup dari perjalanan di daerah mangunan.


Adji Saputra
di Jurang Tembelan
Wakhid Subekti, dan Adji Saputra
di Jurang Tembelan
Tidak banyak yang bisa dilakukan di tempat wisata dengan biaya retribusi Rp2.500 ini. Hal utama yang dapat dilakukan ialah berfoto dengan properti yang sudah disediakan, seperti replika pesawat terbang, pintu langit, bingkai hati, gardu pandang, dan perahu angkasa. Latar belakang yang disajikan juga serupa dengan Kebun Buah Mangunan, yaitu pegunungan sewu dan lekukan Sungai Oyo.


Wakhid Subekti
di Jurang Tembelan
Riki Gusmara
di Jurang Tembelan
Riki Gusmara
di Jurang Tembelan
Riki Gusmara
di Jurang Tembelan
Ada beberapa kios yang harusnya menjual makanan, ada sebagian di area dekat loket, sebagian lagi ada di dalam dekat tempat-tempat foto. Saat kami kesini, sebagian besar warung masih tutup, ada beberapa yang buka namun hanya menjual gorengan dengan harga Rp500, mi instan dan minuman. Saran dari saya, kesinilah pagi atau sore hari, karena terik matahari yang menyinarimu secara langsung membuat tubuh mengeluarkan keringat berlebihan, sehingga membuat tampilanmu kumel. 

-

Pose In Hotel adalah tujuan kami selanjutnya. Karena kami mulai beraktifitas dari subuh dan masih mengantuk, kami putuskan untuk beristirahat dahulu dan mandi di hotel sebelum check out dan melanjutkan aktifitas. 

Setelah check out dari Hotel Pose In pukul 12.00WIB, kami sempatkan untuk makan siang di Waroeng SS Spesial Sambal Plengkung Gading yang letaknya hanya 2 kavling disebelah Hotel Pose In. Harganya termasuk murah untuk kalangan seperti kami dan gratis tambah nasi.


Daftar Harga Makanan
di Waroeng SS Plengkung Gading
Daftar Harga Minuman
di Waroeng SS Plengkung Gading

7. Taman Sari Keraton Yogyakarta

Taman Sari Keraton Yogyakarta
Jogja sepertinya sedang tidak bersahabat karena suhu di luar ruangan mencapai 32°C saat pukul 13.15WIB dan membuat saya yang sudah mandi siang kembali berkeringat. Biaya retribusi masuk kawasan Taman Sari adalah Rp5.000 dan kalau kalian membawa perangkat kamera yang terpisah dari ponsel, misalnya DSLR Camera, Mirrorless camera, atau action cam harus membayar Rp3.000 supaya kamera kalian bisa dibawa masuk.

Taman Sari Keraton Yogyakarta
Menurut informasi yang kami dapat tempat ini dulunya menjadi tempat pemandian Putri Raja dan Permaisuri. Taman Sari ini juga merupakan Istana Air dan terbagi menjadi beberapa bagian yang sayangnya saya tidak hafal. Selain bagunan utama setelah masuk loket yang setelah dicari-cari disebut bagian kedua, ada juga tempat bernama Sumur Gumuling serta Gedung Pulo Kenongo (sayangnya saya lupa mau kesini).


Zulham Arifin
di Istana Air Taman Sari Yogyakarta
Wakhid Subekti
di Istana Air Taman Sari Yogyakarta
Sesaat setelah kalian masuk situs peninggalan ini, langsung terhampar sebuah kolam besar yang saat kami datang sayangnya tidak berisi air. Kemudian di sebelah kanan (sisi utara) sedang ditutup terpal yang sepertinya sedang ada renovasi. Lalu disebelah kiri (sisi selatan) ada pintu yang jika kalian masuk ada tangga menuju lantai dua dan tiga, dan pintu keluar menuju kolam air(saat kami datang benar berisi air) yang ukurannya lebih kecil dari kolam utama yang kering tadi. Saat kami di lantai dua dan tiga ternyata tidak ada apa-apa. Hanya ada jendela yang mungkin digunakan untuk melihat kearah kolam.

Riki Gusmara, Zulham Arifin, Indra Ari Permana, Wakhid Subekti,
dan Adji Saputra
di Istana Air Taman Sari Yogyakarta
Balik lagi ke kolam utama yang kering, ada satu lagi pintu di bagian timur adalah akses keluar dari bagian kedua ini. Sayang sekali saat kami bertanya dengan petugas situs ini, mereka bilang tidak ada papan penunjuk arah menuju Sumur Gumuling, kami disarankan bertanya pada penduduk sekitar. Simpan karcis kalian dan jangan sampai hilang, karena nanti saat masuk ke Gedung Sumur Gumuling akan diperiksa.

Muhammad Fahmi Aditya
di gang menuju Sumur Gumuling
Gang menuju Sumur Gumuling
Menyusuri gang demi gang di perkampungan rumah warga adalah jalan yang musti dilalui untuk menuju Sumur Gumuling yang katanya dulu digunakan sebagai masjid ini. Akan ada tangga menuju lorong bawah tanah untuk menuju kedalam. Kondisi di dalam maupun luar ruangan sama panasnya, dan mungkin kami sedang sial, karena ramai sekali pengunjung yang datang, sehingga kami tidak bisa berfoto di titik utama.

Lorong Bawah Tanah
di Sumur Gumuling
Muhammad Fahmi Aditya, Zulham Arifin, Indra Ari Permana,
Adji Saputra, dan Wakhid Subekti
di Sumur Gumuling
Muhammad Fahmi Aditya
di bawah tangga Sumur Gumuling
Titik foto incaran adalah ditengah tangga akses menuju lantai atas, tetapi kami mencoba menunggu 20 menit dan masih belum mendapatkan giliran. Saran dari kami hendaklah datang di pagi hari, karena jika kalian datang siang maupun sore hari, pengunjungnya banyak sekali. Satu lagi saran yaitu bawalah air minum karena pasti kalian haus sekali.

Wakhid Subekti dan Adji Saputra
di Sumur Gumuling
Zulham Arifin, Adji Saputra, Muhammad Fahmi Aditya, dan Wakhid Subekti
di Sumur Gumuling
Tampilan Silhouette Indra, Zulham, Adji, Fahmi, dan Wakhid
di Sumur Gumuling
Sebenarnya ada satu lagi gedung yang bisa kalian kunjungi, yaitu gedung Pulo Kenongo. Gedung tersebut kondisinya setengah hancur, dan sama seperti Sumur Gumuling, kalian juga harus melewati perkampungan dan bertanya kepada warga karena tidak ada penunjuk arah. Karena ini jugalah kami lupa mau ke tempat ini, dan memutuskan untuk kembali ke mobil guna menuju homestay kami selanjutnya di Bottlebottle House.

8. Bottlebottle House Homestay

Sempat saya ceritakan sedikit di bagian satu bahwa kami mereservasi sebuah kamar sebagai cadangan apabila ka Panca tidak jadi ikut. Ternyata beliau memang tidak bisa ikut dan kami akhirnya menempati kamar 15m² berisi 6 kasur yang disusun bertingkat dengan harga Rp250.000 per malamnya ini.

Kamar Dorm untuk 6 orang
di Bottle Bottle House
Fasilitasnya ada 6 kasur, 6 bantal, 6 selimut, 2 lemari berpintu dua, 1 pengkondisi udara, 1 air mineral galon, 1 dapur umum dengan alat masak dan alat makan lengkap, serta 2 kamar mandi yang berada di luar kamar dan berbagi dengan tamu lain. Kalian juga bisa menjemur baju di lantai 2. Catatan kami, gunakan layanan Telkomsel atau Indosat saat menginap disini, karena operator lain tidak mendapatkan sinyal yang cukup untuk sekadar membuka laman google.

Zulham Arifin, Wakhid Subekti, Adji Saputra, dan Muhammad Fahmi Aditya
di teras Bottle Bottle House
Kami sampai di homestay sekitar pukul 15.30 dan langsung membereskan semua bawaan kami dan menyusunnya didalam lemari. Sambil membereskan Fahmi membuat kocokan untuk menentukan kasur yang akan kami tempati. Sialnya saya, Indra, dan Zulham mendapatkan posisi kasur diatas, sementara Wakhid, Fahmi, dan Adji menempati kasur yang bawah.

9. Jalan Malioboro

Mungkin pertanyaan yang menggelitik adalah, kenapa baru sampe di jogja tapi udah main ke malioboro aja. Satu satunya alasan adalah salah satu rekan kita, Wakhid ingin sekali melihat Grup Angklung Carehal secara langsung. Dan apabila saya tidak saya dengar, ia ingin melihat mereka dimalam pertama di Jogja. Jadilah malam ini kami ke Malioboro.

Angklung Carehal Malioboro
Kata orang tidak afdal rasanya ke Jogja tanpa ke Malioboro, termasuk foto sama plang nama jalan malioboronya. Jalan sepanjang 2km ini sekarang kondisinya jauh lebih baik. Jika kalian naik Kereta Api dan turun di Stasiun Tugu Yogyakarta, maka kalian langsung bisa ke malioboro karena dekat dengan stasiun tersebut.
Zulham Arifin
di Malioboro
Adji Saputra
di Malioboro
 Jalan dengan dua lajur satu arah ini mempunya trotoar yang sangat lebar lengkap dengan guiding block atau ubin pemandu untuk disabilitas netra. pedagang kaki lima dan tempat makan lesehan tetap ada namun ditata apik berada di sisi dalam trotoar sehingga tidak mengganggu pejalan kaki. Becak dan kereta kuda juga masih bertahan dan diberi lahan tunggu khusus seperti teluk.

Adji Saputra memeluk lampu jalan
di Malioboro
Jika kalian ingin makan murah, saran kami silakan berjalan ke sisi utara Malioboro, atau di depan pintu timur Stasiun Yogyakarta yaitu jalan Pangeran Mangkubumi. Di jalan tersebut berjejer warung angkringan yang menyajikan kopi Joss dengan harga yang murah (daftar harga terlampir). Tapi jika kalian memang mau makan pecel lele, pecel ayam, dan sebagainya, banyak berada di sepanjang jalan Malioboro. Kalian jangan lupa lihat atau tanya dulu harga makanan nya, karena takut harga makanannya digeprak jadi mahal.
  
Daftar Harga Makanan & Minuman
di Angkringan Kopi Joss Pak Agus

Sekitar pukul 22.00 kami pulang ke homestay dan hari ini kami akhiri sampai sini. Nantikan bagian ketiga dari perjalanan kami yaa.... stay tuned !

1 komentar:

  1. Bagian ketiga nya mana bangg, udah mau 5 taun digantungšŸ„²

    BalasHapus