Total Tayangan Halaman

Senin, 03 Desember 2018

Yogyakarta 4 Hari 4 Malam - Day 0 | Kereta Api Bengawan, Pose In Hotel, Alun-Alun Kidul


Perjalanan ke kota gudeg kali ini memang terasa lebih berkesan, apalagi ada drama drama sebelum keberangkatan. Sebenarnya sebagai orang yang sering jalan-jalan ke Bandung, melancong ke Yogyakarta itu ada senang dan tidaknya. Mungkin, perjalanan saya kami kali ini bisa jadi referensi buat kalian yang mau buat penuh sosial media kalian dengan nuansa Yogyakarta dengan biaya yang gak mahal-mahal banget.

Riki Gusmara, Zulham Arifin, Indra Ari Permana, Fahmi Aditya, Wakhid Subekti, dan Adji Saputra 
di Kebun Buah Mangunan saat sunrise

Perkenalkan nama saya Riki, dan biasanya dipanggil sama teman-teman saya Alvin chipmunk. Agenda kami kali ini sebenarnya kelanjutan dari berkesannya acara kami di Bandung. 

'karena setiap kalian merencakan perjalanan bersama sahabat untuk pertama kalinya, niscaya akan ada perjalanan-perjalanan lain bersama mereka lagi' ~Alvin Chipmunk 2018.

Behind The 'HD'

Sebenarnya kami merencanakan liburan ini untuk ber-7 yaitu saya, Adji, Indra, Wakhid, Fahmi, Zulham, dan ka Panca, tanggal 11-15November 2018. Hal ini sudah terencana sejak 3 bulan sebelumnya. Tetapi karena Fahmi yang merupakan maba di salah satu kampus swasta berinisial Y.A.I. bilang di pekan itu ada UTS, jadi kami undur menjadi 18-22 November 2018.

Karena ka Panca menawarkan untuk tinggal di rumah bude nya selama di Yogyakarta, maka kami putuskan beli tiket Kereta Api Bengawan keberangkatan 11.20 pada 18 November 2018 supaya setelah lelah di perjalanan, malam harinya bisa langsung beristirahat di rumah bude ka Panca.

Senja Utama Solo adalah pilihan kereta api yang kami gunakan untuk kembali menuju Jakarta. Saya beli tiket kereta api saat KAI Online Travel Fair, dan mendapatkan harga promosi eksekutif seharga Rp245.000 per orang (dari harga normal Rp400.000).

Drama pun muncul karena Ka Panca mendadak tidak bisa ikut karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. FYI, ka panca itu orang yang sudah kenal banget sama Jogja. Penginapan, rental mobil, tempat-tempat wisata semua beliau yang atur. Nah dengan gak ikutnya beliau, terpaksa saya ambil alih semuanya kami berbagi tugas.

Kebetulan kami di Yogyakarta 4 Hari 4 Malam, maka dibagilah :
  • Koor Day 0 - Wakhid
  • Koor Day 1 - Fahmi
  • Koor Day 2 - Zulham
  • Koor Day 3 - Riki
  • Koor Day 4 - Adji
  • Koor Transport - Indra



1. Kereta Api Bengawan


Jauh dari lubuk hati, saya tidak suka naik kereta api kelas ekonomi bersubsidi. Tempat duduk yang bersudut 90° ini sangatlah tidak nyaman untuk perjalanan menengah dan jauh. Dalam 1 kereta (bukan 1 rangkaian yaa) terdapat 106 kursi yang disusun berhadapan 2-3. Sehingga dalam 1 baris ada yang 4 orang, ada yang 6 orang. Jumlah kami yang ganjil (7 orang) membuat kami berinisiatif untuk pesan kursi dengan susunan 2-2 dan membeli 1 kursi lagi, sehingga total 8 kursi tanpa orang lain.

Riki Gusmara dj Stasiun Jakarta Pasar Senen
Ka Panca yang tidak jadi ikut, kami paksa untuk tidak membatalkan tiket kereta bengawannya. Otomatis dari 8 kursi yang kami pesan, 2 tidak ada isinya; lumayan untuk kami yang badannya besar-besar tidak begitu kecil.

Perjalanan diawali dari kumpul di Stasiun Jakarta Pasar Senen pukul 10.30WIB. Namun kami menunggu Adji yang masih dalam perjalanan karena habis kondangan menghadiri akad nikah temannya, sehingga baru kumpul 11.00WIB. Cuaca Jakarta yang saat itu juga sedang mendung sempat membikin sedikit kekhawatiran akankah Adji datang sebelum kereta api berangkat ?

Ini adalah pertama kalinya saya boarding agak mepet. Dari depan dunkin donuts Stasiun Jakarta Pasar Senen sampai ke tempat boarding check kami lari-lari, sempat tertahan antrean. Lepas itu turun lewat terowongan, dan naik lagi buat ke peron jalur 3 dimana kereta api kami sudah menunggu.

Interior Kereta Api Bengawan
dilihat dari Bordes

Kesan pertama yang saya rasakan adalah dingin dan terpasrahkan. Dingin akibat pengkodisi udara yang sepertinya masih baru dan cuaca jakarta yang mendung. Terpasrahkan sebab 8 jam kedepan kami akan menunggu tiba di tujuan. 8 jam kalian akan menikmati pemandangan alam dari sebuah alat transportasi berkecepatan rerata 70km/jam ini. Serta di 8 jam ini kalian akan lebih inovatif dalam membuat lifehack agar bisa nyaman dan seru di kereta api bengawan ini.

Zulham Arifin menaruh barang di rak KA Bengawan
Jangan lupa menaruh barang barang kalian di atas rak yang tersedia. Kolong kursi kalian sangat berguna untuk berselonjor kaki, jadi pastikan tetap kosong. Atur juga barang di rak serapi mungkin supaya pengguna lainnya bisa ikut memanfaatkan fasilitas rak barang. 

Riki Gusmara, Fahmi Aditya, Zulham Arifin, dan Wakhid Subekti 
di KA Bengawan
Salah satu keunikan di kereta api ekonomi adalah lebih hidupnya interaksi sosial antar pengguna yang bahkan belum pernah bertemu, namun saat diperjalanan sudah seperti keluarga. Kami berbagi obrolan, canda, tempat duduk bahkan kami cium tangan pada yang lebih tua saat ingin turun mengakhiri perjalanan di stasiun Lempuyangan.

Indra Ari Permana, Zulham Arifin, Adji Saputra, Fahmi Aditya, 
dan Wakhid Subekti
 di Stasiun Lempuyangan
Kami sudah dapat kabar bahwa kereta dengan tarif Rp74.000 ini akan terlambat kurang lebih 1 jam dikarenakan sedang ada pembangunan jalur ganda di trase yang kami lewati. Imbasnya kami jadi makan siang dan makan malam di kereta ini. Tarif makanan yang disertai nasi dihargai Rp23.000; Mi dalam cup Rp10.000; Teh, Kopi, dan Cokelat panas Rp10.000; serta air mineral botol Rp5.000.

Pukul 20.33 Kereta api kami tiba di lempuyangan, dan karena masih lapar, kami memesan taksi daring menuju PHD Taman Siswa Yogyakarta. Untuk informasi, jika kalian pesan taksi daring dari stasiun Lempuyangan, kalian diharuskan berjalan sekitar 200m kearah timur sampai jembatan layang karena adanya satu dan lain hal dengan angkutan yang memang sudah lama mangkal disekitar stasiun itu.

Riki Gusmara, Wakhid Subekti, Zulham Arifin, Indra Ari Permana,
 dan Adji Saputra di depan Pintu Barat Stasiun Lempuyangan
2. Pose In Hotel Yogyakarta

Singkat cerita saat ada gelagat ka Panca antara ikut dan tidak, saya langsung berburu penginapan murah. Dari senin malam (19/11) sampai kamis siang(22/11) kami sudah dapat di BottleBottle House. Sebab kami tiba di Yogyakarta Minggu malam (18/11), dan kamar di BottleBottle House Sudah habis, saya kembali mencari penginapan dengan harga rendah. Kebetulan ada Online Tiket Week nya Tiket.com yang juga berlaku untuk reddoorz. Untuk tanggal 18 November 2018, 3 kamar di pose in hotel dihargai RP371.250. 


Wakhid Subekti, Adji Saputra, dan Fahmi Aditya
di depan Pose In Hotel Yogyakarta
Wakhid sebagai koordinator D0 mengundi kamar hotel yang hasilnya Wakhid sekamar dengan Fahmi, Indra sekamar dengan Zulham, dan saya sekamar dengan Adji. Interior kamar sama dengan hotel pada umumnya, dimana ada kasur twin, pengkondisi udara, televisi layar datar, dan kamar mandi dalam ruangan. Ada fasilitas 2 botol air mineral ukuran sedang, 2 helai handuk, dan juga seperangkat peralatan untuk mandi seperti sikat gigi, pasta gigi, sabun, shampoo, dan cotton bud.

Interior Pose In Hotel Yogyakarta

Dengan singkat kami hanya menaruh barang bawaan kami di kamar dan lanjut keluar buat menuju alun-alun kidul. Jarak hotel dengan alun-alun kidul hanya berjarak 600m membuat kami memutuskan untuk berjalan kaki.

3. Alun-alun Kidul

Kidul dalam bahasa Indonesia artinya selatan. Ada 2 alun-alun dimana di sebelah utara (lor) yang paling dekat dengan gedung keraton Yogyakarta. Di alun-alun utara juga lebih ramai karena juga dekat dengan jalan malioboro dan ada lebih banyak pusat jajanan yang biasa dikenal dengan nama Sekaten.

Plengkung Nirbaya Gading
Dari hotel kami di jalan Mayjen Sutoyo hanya tinggal lurus dan belok kanan ke jalan Gading. Kalian akan melewati bangunan seperti gapura besar berwarna putih yang setelah saya caritau, namanya adalah Plengkung Nirbaya Gading. Kalian bisa kok naik tangga yang tersedia kalau penasaran seperti apa tampak atas dari bangunan ini. Sedikit spoier, gak ada apa apa kok di atas bangunan ini. Tapi kalo mau numpang foto mah boleh-boleh aja, biar makin berasa Jogja-nya.

Wakhid Subekti, Adji Saputra, Zulham Arifin, Fahmi Aditya,
dan Indra Ari Permana di depan Plengkung Nirbaya Gading
Jika dari kejauhan, kalian sudah melihat mobil bermandikan cahaya warna-warni, berarti kalian sudah hampir sampai. Nanti kalian akan tiba di sebuah tanah lapang dengan dua pohon besar ditengahnya. Kata orang, jika kalian bisa mengitari kedua pohon ini dengan mata tertutup, niscaya hubungan sama teman hidup akan langgeng tapi para teman saya yang setelah liburan ke jogja, pas balik ke jakarta pada putus sama pacarnya

Kalian bisa mencoba menyewa mobil genjot yang dvd playernya mati idup mati idup terus ada pemutar videonya dan dipenuhi gemerlap lampu. Pilih yang sesuai sama jumlah kalian, misalnya kami sewa untuk mobil kapasitas 6 orang, tarifnya Rp30.000 sekali keliling. Nego sama abangnya sehingga kami bisa 3kali keliling alun-alun selatan dengan tarif Rp60.000.

Mobil Genjot Alun-alun Kidul
Mobil Genjot Alun-alun Kidul
Awalnya kami kira ini adalah pilihan terbaik, ternyata capek banget mengayuh beginian cukup menguras tenaga kami yang jarang sekali mengayuh semacam sepeda ataupun olahraga. tiap sekali keliling, kami ganti formasi supaya kaki yang pegal-pegal ini bisa lega. Kalian pasti bisa merasakan apabila teman kalian malas mengayuh pedal mobil genjot ini. Intinya naik mobil begini buat senang-senang aja, ketawa-ketawa karena ternyata susah yah membawa mobil ini.

Capek lepas olahraga malam, kalian bisa minum yang segar-segar atau mau makan sekalian di warung lesehan yang ada di pinggiran alun-alun, harganya masih tergolong murah kok jika dibanding sama harga di jakarta.

Daftar harga Warung Lesehan 
Pakde Sarwoto
di Alun-alun Kidul
Kami langsung tidur selepas dari sini, dan saya lanjutkan di bagian kedua disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar