Total Tayangan Halaman

Senin, 10 Desember 2018

Yogyakarta 4 Hari 4 Malam - Day 2 | Gua Pindul, Sungai Oyo, Pantai Ngrumput, Pantai Parangkusumo, Bukit Bintang


Ini adalah bagian ketiga dari cerita perjalanan saya bersama teman-teman saya ke Daerah Istimewa Yogyakarta. bagian pertama dan bagian kedua juga sudah bisa dibaca ya. 

Riki Gusmara, Zulham Arifin, Indra Ari Permana, Fahmi Aditya, Wakhid Subekti, dan Adji Saputra
di Kebun Buah Mangunan saat sunrise
Selasa, 20 November 2018 kami memulai hari libur nasional Maulid Nabi Muhammad saw dengan sarapan mi instan. Zulham sebagai koordinator D2 membuat kocokan yang mendapat jatah memasak, dan mencuci peralatan. Sialnya saya, Adji, dan Wakhid mendapat kocokan memasak, otomatis kami harus bangun lebih pagi. Sisanya Fahmi, Indra, dan Zulham bertugas mencuci peralatan makan dan masak seusai makan.

Pukul 5.00WIB Setelah salat subuh, kami memulai kegiatan masak-memasak. Namun penggorengan, panci, piring, sendok dan garpu tidak ada yang dalam kondisi bersih, jadi kami yang tugasnya hanya memasak jadi bekerja ganda dengan turut mencuci juga. Saya yang mencuci, sisanya Adji dan Wakhid memasak.


Prahara pun muncul ketika Adji mendengar suara gas yang disebabkan regulator tidak kencang. Dikarenakan Adji dan Wakhid tidak pernah berurusan dengan gas sebelumnya, akhirnya lagi-lagi saya juga yang harus turun tangan. Hampir sekitar 10 menit saya berkutat dengan gas dan terpaksa kami mencari karet gelang untuk mengganjal katup tabung gas. Mohon jangan dicontoh karena berbahaya. Dengan pertolongan Allah swt dan doa doa dari orang yang tumben bangun pagi hari, akhirnya bunyi gas sudah tidak terdengar lagi.


Sibuk mencuci membuat saya tidak tahu menahu mengenai berapa jumlah mi yang dimasak. Ternyata Adji dan wakhid dengan rasa inisiatif yang tinggi memasak 3 bungus mi goreng jumbo, 3 bungkus mi goreng, dan 6 bungkus mi kuah yang dimasukkan kedalam 6 mangkuk. Baru pertama kali di sepanjang hidup, saya makan mi instan tidak habis gara gara ini.



Setelah makan, mandi dan berberes, kami langsung menemui sopir D2 kami yaitu Mas Iwan yang sudah siap di depan homestay kami.

10. Goa Pindul & Sungai Oyo


Kami di depan Goa Pindul
 Prahara membuat kami hampir tidak jadi ke tempat ini. Beberapa hari sebelum berangkat, Zulham sebagai koordinator D2 menulis kata-kata mutiara di grup whatsapp yang berisikan hanya 6 orang termasuk saya :


Yang di Goa Pindul sepertinya mahal ka . Kalo memang yg di Goa Pindul tidak jadi. Anak2 sih pada keberatan, tapi gatau yang lain nih ~Z

Ini cuma ada 6 insan kak. Anak2 mana nih yang Kaka maksud ? ~R

Gandi, wahid, Termasuk gw si wkw ~ Z

Sebenarnya sebelum merencanakan perjalanan, masing-masing dari kami memberi saran tempat wisata mana saja yang akan dikunjungi. Kebetulan ke Gua Pindul adalah usul saya, dan hampir semuanya bilang setuju di depan saya. Tiba tiba cinta datang.. kepadaku... tidak ada angin tidak ada hujan insan insan itu ingin berubah haluan. Katanya mereka habis mencari tentang goa pindul di internet, namun yang keluar adalah hal-hal menyeramkan seperti mitos dan kecelakaan kerja disana.

Beruntung hari itu kami masih diberi keteguhan iman sehingga pukul 7.30WIB kami sudah berangkat dari homestay menuju destinasi wisata pertama, yaitu Goa Pindul yang berada di kabupaten Gunung Kidul. Perjalanan ini menempuh waktu sekitar 2 jam untuk melintasi 45km jalan yang sudah beraspal.

Suasana di dalam Goa Pindul
Beberapa kilometer menjelang Goa Pindul kami melewati beberapa orang yang diduga calo menawarkan paket-paket wisata di goa pindul dengan harga yang agak lumayan tinggi. Bahkan kami sempat diberhentikan dan seperti dipaksa untuk membayar paket wisata goa pindul di tempat yang masih jauh dari goa pindulnya sendiri. Untungnya mas Iwan sopir kami sepertinya mengerti dan beliau berkilah bahwa kami bukan mau ke goa pindul tapi mau ke sebuah desa yang saya lupa namanya dan memang searah dengan akses ke goa pindul namun berlokasi sebelum goa pindul. Akhirnya kami diperbolehkan melanjutkan perjalanan dengan selamat.

Sayangnya kami tidak bisa menceritakan rute perjalanan kami, karena saya sendiripun tidak tahu rute yang dilewati. Kami bergantung sepenuhnya mengenai rute perjalanan dengan Mas Iwan dan koordinator transport kami yaitu Indra. Nah sesampainya di desa wisata lagi-lagi saya lupa namanya sekitar goa pindul, kami membayar biaya retribusi sebesar Rp12.000 dan langsung diantar secara gratis menuju agen-agen wisata yang banyak melayani cave tubing Goa Pindul.


Podkarwis Gelaran Indah
Penjelasan sekilas mengenai paket wisata Goa Pindul
oleh Podkarwis Geluran Indah

Kami memilih Kelompok Sadar Wisata Gelaran Indah yang menawarkan beberapa paket wisata goa pindul (gambar terlampir) dan kami memilih paket cave tubing goa pindul dan rafting sungai Oyo seharga Rp130.000. Harga tersebut sudah termasuk pemandu, angkutan dari dan menuju lokasi, jaket pelampung, dan ban. Ada juga jasa fotografer yang membuka harga mulai dari Rp125.000-250.000 bergantung pada kelicikan keahlian kalian bernegosiasi. Sangat disarankan membawa action cam dengan kemampuan low light yang baik, atau membawa ponsel berkamera dengan lampu flash menggunakan waterproof case

Podkarwis Gelaran Indah
Daftar harga Paket Wisata Goa Pindul,
Rafting Oyo, dll dari Gelaran Indah 2018

Dari pokdarwis tersebut kami memakai jaket pelampung yang sesuai dengan ukuran badan, lalu naik mobil bak terbuka dan diturunkan di gang menuju goa tersebut. beberapa belas meter dari bibir goa, kami diberi ban hitam berukuran besar yang akan kami gunakan menyusuri goa pindul.


Adji Saputra, Wakhid Subekti, Zulham Arifin,
Indra Ari Permana, dan Muhammad Fahmi Aditya
memilih jaket pelampung di depan Podkarwis Geluran Indah
Muhammad Fahmi Aditya, Indra Ari Permana, Zulham Arifin, Adji Saputra,
Wakhid Subekti, dan Riki Gusmara
diatas Mobil bak terbuka menuju Goa Pindul
Adji Saputra dan Wakhid Subekti
Membawa ban ke Goa Pindul
Muhammad Fahmi Aditya
Membawa ban ke Goa Pindul
Indra Ari Permana
Membawa ban ke Goa Pindul
Selama menyusuri goa sepanjang 350m ini, pemandu kalian akan bercerita bagaimana goa pindul ini ditemukan dan dijadikan tempat wisata, ada apa saja didalam goa itu, jenis bebatuan apa saja yang ada, kedalaman dasar goa, zona goa, dan mitos/kejadian apa yang berhubungan dengan goa pindul. Kami bersyukur karena pemandu yang ditugaskan sudah mengerti bagaimana cara melayani wisatawan, buktinya gaya guyonan beliau bisa mengikuti kami, sehingga tak jarang penelusuran kami penuh tawa.


Adji Saputra dan Zulham Arifin
di mulut Goa Pindul
Muhammad Fahmi Aditya dan Wakhid Subekti
di Goa Pindul
Penelusuran di goa ini mungkin hanya 20-30 menit, namun sebelum pangkal goa, ada sebuah titik untuk lompat dari bebatuan dan jika kalian menggunakan jasa fotografer, mungkin akan sangat bagus dan kalian bisa menghabiskan 10-15 menit disini tanpa ban. Kalian harus hati-hati dalam memijak batu, banyaknya lumut membuat bebatuan yang dilewati air disini sangat licin.


Wakhid Subekti, Indra Ari Permana, Zulham Arifin, Adji Saputra,
dan Muhammad Fahmi Aditya
di Goa Pindul
Keluar dari Goa Pindul
Mulut Goa Pindul
Wakhid Subekti Berenang keluar Goa Pindul
Selesai dari goa pindul, kami lalu dijemput mobil bak terbuka lagi menuju sungai oyo. Sungguh udara di Gunungkidul saat itu sedang panas dan kami tidak menggunakan sunblock sama sekali. Kurang lebih 5 menit perjalanan, diturunkanlah kami dari kursi parlemen dari mobil bak membawa ban masing masing untuk selanjutnya digunakan menyusuri Sungai Oyo.


Berjalan ke Mobil Bak Terbuka untuk menuju Sungai Oyo
Indra Ari Permana, Wakhid Subekti, Adji Saputra, Riki Gusmara
Zulham Arifin, dan Muhammad Fahmi Aditya
di Mobil Bak Terbuka menuju Sungai Oyo
Membawa ban menuju Sungai Oyo
Sayang sekali saat itu di Gunung Kidul masih kemarau, sehingga tidak ada arus sama sekali di Sungai Oyo, dan kondisi ketinggian air tidak seperti biasanya. Disini kalian akan menyusuri sungai yang tidak jernih dan banyak sampah ranting pohon yang tersangkut. Dinding sungai ini bagus karena menyerupai tebing-tebing. 


River Tubing Sungai Oyo
River Tubing Sungai Oyo
Di tengah penelusuran, ada curug kecil dan tempat untuk lompat yang bisa kalian coba. Karena saya memegang action cam, saya takut nanti barang tersebut lepas dari genggaman saat lompat, jadi saya tak ikut menikmatinya.

Indra Ari Permana
di Salah satu coban di Sungai Oyo
Indra Ari Permana, Zulham Arifin, Adji Saputra, Wakhid Subekti,
dan Muhammad Fahmi Aditya
di salah satu coban di Sungai Oyo
Indra Ari Permana, Zulham Arifin, Wakhid Subekti, Adji Saputra,
dan Muhammad Fahmi Aditya
di salah satu coban di Sungai Oyo
1 Jam berlalu kami pun sampai di tempat perhentian river tubing ini. Kami disambut dengan warung jajanan yang pembayarannya unik. Mereka mungkin tau bahwa orang-orang yang akan mampir tidak akan membawa dompet karena takut basar, makanya mereka membuat sistem makan dulu, nanti pembayaran langsung di podkarwis/agent wisata yang digunakan.


Makan Siang di Warung Sa'adah Mewah
Daftar Harga di Warung Sa'adah Mewah
Komplek Wisata Goa Pindul
Seusai makan siang, kami dijemput dengan mobil bak terbuka untuk kembali ke podkarwis Gelaran Indah. Kalian akan disuguhkan teh hangat gratis sepuasnya dan bisa gunakan kamar mandi dengan tarif Rp2.000 dan gratis plastik kresek. Kami beranjak dari goa pindul pukul 12.00WIB dan melanjutkan perjalanan ke Pantai Ngrumput.


Riki Gusmara, Adji Saputra, Muhammad Fahmi Aditya, Zulham Arifin,
Wakhid Subekti, dan Indra Ari Permana
di depan Goa Baru Istana Kristal


11. Pantai Ngrumput


Sekitar pukul 13.00WIB kami sampai di sebuah warung kopi dekat ladang, dan mas Iwan bilang mobil hanya bisa sampai sini, dan kami dipersilakan menyusuri ladang ini untuk sampai ke pantai Ngrumput dan Puncak Kosakora. Sungguh ke pantai di siang hari bukanlah hal yang bagus mengingat terik matahari yang akan membuat kulitmu gosong tidak putih lagi.



Indra Ari Permana, Wakhid Subekti, Zulham Arifin, Adji Saputra,
dan Muhammad Fahmi Aditya
di Pantai Ngrumput
Riki Gusmara di Pantai Ngrumput
Wakhid Subekti, Indra Ari Permana, dan Zulham Arifin
di Pantai Ngrumput

Hanya berjalan sekitar 400m dan kalian akan tiba di hamparan pantai dengan pasir putih yang bertekstur agak kasar namun bersih. Disini juga ada batu karang yang berada persis di tepian pantai bisa digunakan untuk berfoto. Ada juga warung warung di sekitar pantai yang menjual minuman dingin seperti es teh berharga Rp5.000 yang rasanya sunguh sangat aneh. 



Wakhid Subekti, Indra Ari Permana, Zulham Arifin, Riki Gusmara,
dan Adji Saputra di Pantai Ngrumput
Fahmi Aditya di Pantai Ngrumput
Zulham Arifin, Muhammad Fahmi Aditya, Indra Ari Permana, Adji Saputra,
dan Wakhid Subekti di Pantai Ngrumput
Zulham Arifin di Pantai Ngrumput

Dari warung warung ini kalian akan melihat sebuah bukit yang bisa didaki menggunakan anak tangga yang bernama puncak kosakora. Sayangnya saat itu kami lelah dan ngantuk sekali, sehingga tidak sempat untuk mencoba naik ke bukit tersebut. Zulham bilang lebih baik kami tidur-tiduran saja di warung yang sedang kami kunjungi ini sampai pukul 15.00WIB. Selain tempat makan, warung-warung disini juga menyediakan toilet dan musala.

Zulham Arifin di Pantai Ngrumput
Riki Gusmara di Pantai Ngrumput
Warung Makan di Pantai Ngrumput

Oh iya biaya retribusi masuk dibayarkan bukan di pantai ngrumputnya, namun karena banyak pantai di gunungkidul yang lokasinya berdekatan, maka hanya sekali bayar Rp10.000 kalian bisa mengunjungi pantai-pantai di daerah ini.



Indra Ari Permana, Wakhid Subekti, Zulham Arifin, dan
Adji Saputra di Pantai Ngrumput

Zulham Arifin, Adji Saputra, Indra Ari Permana,
dan Wakhid Subekti
di Pantai Ngrumput


12. Pantai Parangkusumo




Pantai Parangkusumo
Rencana yang dibuat sebenarnya adalah bermain di Gumuk Pasir parangkusumo, bukan di pantai parangkusumo. Hal ini karena permintaan dari Fahmi yang ingin tau seperti apa gumuk pasir itu. Sebenarnya saya sudah tahu keadaan gumuk pasir, namun supaya demokratis dan memberi kesempatan yang lain untuk mengetahuinya juga, di rundown Zulham saya menulis Gumuk Pasir/Pantai Parangkusumo.


Wakhid Subekti, Adji Saputra, Zulham Arifin, dan Indra Ari Permana
Lompat di Pantai Parangkusumo
Saat merencanakan liburan bersama, sebaiknya kalian menampung keinginan dari para peserta. Walaupun kalian sudah pernah kesana dan menurut kalian membosankan, tapi beri teman kalian kesempatan untuk merasakannya sendiri. Kecuali lokasi tempat wisata yang diusulkan terlalu jauh, tidak ada alasan untuk tak mempertimbangkan usulan itu.


Wakhid Subekti
di Pantai Parangkusumo
Indra Ari Permana dan Wakhid Subekti
di Pantai Parangkusumo
 Kami tiba sekitar pukul 16.45WIB dan diwarnai insiden Wakhid berak mengeluarkan isi perut via jalur bawah. Setelah ketujuh butir manusia ini melihat sendiri bahwa di gumuk pasir hanya ada gula pasir, jadinya kami pindah ke pantai parangkusumo untuk menyongsong matahari terbenam. 


Wakhid Subekti, Adji Saputra, Muhammad Fahmi Aditya, Zulham Arifin,
Indra Ari Permana, dan Riki Gusmara
di Pantai Parangkusumo
Riki Gusmara, Indra Ari Permana, Muhammad Fahmi Aditya, Adji Saputra,
Wakhid Subekti, dan Zulham Arifin
di Pantai Parangkusumo
Untuk informasi, letak pantai parang tritis, pantai parangkusumo, dan gumuk pasir itu saling berdekatan dan jika kalian masuk dari pantai di daerah gunung kidul kalian tak dikenai bea masuk lagi kecuali parkir. Pantai Parangkusumo tidak seramai pantai Parangtritis sehingga sangat nyaman untuk duduk melihat matahari terbenam bersama sahabat.


Wakhid Subekti, Indra Ari Permana, Adji Saputra, Zulham Arifin,
Muhammad Fahmi Aditya, dan Riki Gusmara
melihat sunset di Pantai Parangkusumo
Wakhid Subekti, Indra Ari Permana, Adji Saputra, Zulham Arifin,
Muhammad Fahmi Aditya, dan Riki Gusmara
melihat sunset di Pantai Parangkusumo


Manusia kadang makhluk yang unik, tidak perlu atraksi macam macam untuk membuatmu terkesima. Deburan ombak, suara burung bersahutan, aroma angin laut, awan bergeran dan senyumannya dibalik rambut panjang menjuntai matahari yang berangsung tenggelam bisa menghipnotis jiwa ini untuk tak beranjak dari tatap.



Riki Gusmara
di Pantai Parangkusumo
Zulham Arifin, Indra Ari Permana, Adji Saputra, Wakhid Subekti,
dan Muhammad Fahmi Aditya
di Pantai Parangkusumo 
Walaupun sama sama berwarna cerah, pasir di Pantai Parangkusumo jauh lebih halus daripada Pantai Ngrumput. Kalian tidak perlu berjalan jauh karena kalian langsung bisa menikmati pantai sesaat setelah parkir kendaraan denga tarif Rp5.000. Jangan lupa membawa tripod dan sejenisnya apabila kalian mau mengabadikan video selang waktu.


Mengamati Sunset di Pantai Parangkusumo

Cukup satu jam kami menikmati suguhan pertunjukan alami, kami beranjak menuju Bukit Bintang untuk makan.


13. Bukit Bintang




Bukit Bintang Yogyakarta
 Kalian pernah ke Punclut di kota bandung ? Jangan bayangkan D'dieuland atau lereng anteng, tapi bayangkan rumah-rumah makan disepanjang jalan punclut. Nah seperti itulah kondisi Bukit Bintang. Kawasan ini tidak instagram-able layaknya resto Cakrawala Kawasan Wisata Punclut, namun kita sekadar bisa melihat sebagian daerah Yogyakarta dari atas bukit.

Sebenarnya Zulham punya 1 tempat lagi yang harusnya dikunjungi, yaitu Hutan Pinus Pengger karena searah dengan Bukit Bintang jika dari arah Depok. Pinus Pengger adalah tempat dari titik foto gardu pandang berbentung tangan raksasa yang sedang terbuka mengarah kearah permukiman penduduk Yogyakarta. Dikarenakan kami sudah lelah berfoto dan merindukan makanan dalam porsi kucing normal, Zulham dengan inisiatifnya meng-cut pinus pengger.


Ada beberapa restoran yang berlokasi persis sebelum gapura selamat datang kabupaten gunungkidul, namun rekomendasi dari mas Iwan kami makan di sebuah restoran yang punya lima tingkat. Saat sampai pukul 19.30WIB dankami masuk, staf yang bertugas teriak kearah kami masuk aja kebawah, masih ada yang kosong, kami tingkat 5 kok. Saya kira itu cuma bercanda, ternyata itu betulan hahaha.


Kami turun sampai lantai paling bawah dan duduk lesehan di balkon luar ruangan paling ujung supaya bisa melihat kerlap-kerlip lampu permukiman dari ketinggian. Sambil menunggu Wakhid dan Zulham yang bermasalah dengan perutnya, kami berinisiatif untuk memesan makanan duluan. 



Suasana di Bukit Bintang
Saat kami panggil salah satu staf restoran ini, alangkah terkejutnya saya bahwa mereka tidak punya buku menu. RESTORAN DENGAN 5 LEVEL LANTAI DAN KARYAWAN BEJIBUN GAK PUNYA DAFTAR MENU, saya terpongkeng terkejut mengetahui hal itu. Bagaimana kami mengetahui menunya ? disebutkan sama masnya. Kalian harus memasang kuping kalian baik baik dan set supaya sangat sensitif, karena masnya akan menyebutkan menu dengan cepat. Kami sampai minta diulang 2x dan tidak menangkap semua yang masnya ucapkan. Saya yang tak mau ribet, jadi pesan ayam bakar sama es milo saja seharga Rp26.000 dan bill itu a.n. Zulham.


Indra Ari Permana, Adji Saputra, Wakhid Subekti, Zulham Arifin
dan Muhammad Fahmi Aditya
di Bukit Bintang
Hal lucupun muncul saat staf perempuan berteriak dari lantai 3 'ADA YANG PESAN KWETIAU...?' karena dari kami tak ada yang pesan kwetiau, akhirnya kami tidak acuhkan. Namun berikutnya ada staf perempuan berteriak lagi 'ADA YANG PESAN MI GORENG...?' karena mas Iwan pesan mi goreng, Fahmi bertanya kepada staf perempuan tersebut :

Mbak, itu yang atas nama Zulham bukan ? ~F

Mas nya tadi order mi goreng ? ~M

Iya mbak, yang atas nama Zulham tadi pesen mi goreng ~F

Yaudah nih mas pesanannya ~M

Tapi saya mendengar dari kejauhan ada tamu lain yang menanyakan mi gorengnya yang tak kunjung datang. Karena teman saya yang lain sepertinya tidak mendengarnya, saya pun ikut untuk pura-pura tidak dengar. Buat apa tadi ditanya bill nya atas nama siapa, kalau mereka berteriak nama menu yang dipesannya.



Riki Gusmara, Fahmi Aditya, Indra Ari, dan Adji Saputra
di  Bukit Bintang
Satu hal lagi yang membuat saya kembali terpongkeng terkejut adalah cara mereka membereskan meja. Persis di depan muka saya, ada salah satu staf perempuan membuang bekas kepala kelapa langsung dilempar ke arah luar restoran yang merupakan pepohonan. Dilempar begitu saja kepala kelapa langsung menuju pepohonan. Hal senada juga dilakukan untuk membuang air dari gelasnya, langsung saja air tersebut ditumpahkan keluar balkon tersebut. Saya tidak tahu ini hal yang benar atau tidak, mungkin saja untuk pupuk alami saya tidak tahu, tapi yang jelas saya terkejut.

Selesai makan pukul 21.00WIB kami bayar pemesanan dan langsung pulang karena keesokan harinya kami akan beraktifitas mulai pukul 3.00WIB. Tunggu kelanjutan cerita kami di bagian selanjutnya, stay tune !